Selasa, 13 Desember 2011

BRISIK 2011

BRISIK berkata : Musik adalah gambaran suasana hati kita..disaat sedih,senang atau biasa-biasa saja' Dangdut menggambarkan Kesederhanaan Musik Melayu Pop menggambarkan Kisah Kasih Para Kawula Muda Rock menggambarkan Keagungan,Kebesaran,Kehebatan Punk menggambarkan Pemberontakan Reggae menggambarkan Kebebasan dan Kedamaian
begitulah gejolak muda jiwa pemusik anak makamdawa ketika bicara tentang musik..!!! BRISIK sendiri adalah sebuah forum perkumpulan pecinta musik pemuda makamdawa, dan biasanya akan begitu terlihat gejolaknya disaat menjelang idul fitri, karena kebanyakan musisinya adalah anak muda yang pulang merantau dari jakarta.
BRISIK dipelopori oleh IYANG alias wargiyanto, BIMO alias darsono, dan beberapa pemuda lain yang ikut andil dalam pembentukan BRISIK ini. setiap lebaran tiba, para pemuda yang tergabung dalam BRISIK ini selalu menyibukan diri menyiapkan parade musik lebaran untuk mengguncang desa makamdawa. terkadang saat musik sedang menggelegar, ada-ada saja ulah anak muda membuat keributan hanya karena bersenggolan dengan teman disebalhhnya saat bergoyang, maklum....kebanyakan musik yang dilantunkan bergenre ROCK, sehingga membuat suasana mudah memanas. hal ini juga sampai menylut emosi orang tua, namun tidak sampai berkelanjutan ke hal yang lebih jauh, karena IYANG sang Pelopor dapat mendinginkan kembali suasana yang telahh panas. beberapa band pentolan desa makamdawa kebanyakan beraliran metal, seperti band pelopor yang khas dengan lagu andalannya yaitu JUNTU., "dina badahan ora duwe anyaran persis kaya wong edan"..,salahh satu penggalan lirik yang cukup lucu dan nyleneh namun asyiik didengar.. semangat muda jiwa pemusik desa ini tak pernah pudar, namun sayang, tidak ada hal yang lebih serius dalam pembentukan band-band musik yang lebih baguus. bagaimana tidak, setiap kali akan menyelenggarakan parade musik, panitia selalu pontang panting dalam penggalangan dana dan penyediaan alat2 musik. namun saya salut dengan semangatnya.

Senin, 12 Desember 2011

http://www.panturanews.com/index.php/panturanews/baca/4641/13/10/2011/sumur-bor-tak-berfungsi-550-kk-didroping-air-bersih

Makam Dawa 2010











NAMA Desa Galuh Timur sangat lekat dengan keberadaan sebuah makam keramat yang dinamai Makam Dawa (Makam Panjang, Red).
Sesuai namanya, makam tersebut konon memiliki panjang sekitar 7 meter. Selasa (21/9), dengan ditemani kepala desa (kades) bersama perangkat Desa Galuh Timur, Radar berkesempatan untuk melihat langsung keberadaan makam yang sangat dikeramatkan oleh warga tersebut.
Berada di areal pemakaman umum yang memiliki luas sekitar 1 hektar berlokasi di Dukuh Makam Dawa. H Muhammad Yusuf, kades Galuh Timur yang juga di percaya sebagai juru kunci makam menceritakan sejarah mengenai keberadaan tokoh yang dimakamkan di lokasi tersebut.
’’Secara turun temurun masyarakat khususnya di wilayah Dukuh Makam Dawa ini, mempercayai bahwa kuburan tersebut merupakan lokasi tempat di makamkannya Raden Raksa Muka yang merupakan salah satu keluarga dari kerajaan Mataram," jelasnya.
Setibanya di lokasi makam, terlihat sebuah bangunan dengan panjang 8 meter dan lebar 4 meter. hanya sebuah pintu kayu sedehana yang di jadikan akses utama menuju ke dalam lokasi makam. Sementara, empat unit jendela yang ada sengaja ditutup menggunakan papan kayu.
Kondisi menarik terlihat di ruangan. Pasalnya, tidak satupun batu nisan maupun cungkup yang dapat dijadikan sebagai pertanda bahwa dilokasi tersebut merupakan sebuah makam.
Namun, dari aroma yang tercium dan juga sisa-sisa taburan bunga menandakan bahwa lokasi itu memang di yakini sebagai makam yang sering di datangi warga untuk berziarah.
Kondisi lain yang tidak kalah menarik, yakni dengan tidak di jumpainya tanaman liar seperti rumput yang biasa tumbuh diatas tanah, meskipun ruangan bangunan tersebut di kitari oleh rerimbunan semak dan pohon besar.
’’Kondisi ini telah terjadi semenjak lokasi makam belum di bangun ruangan seperti ini, meski di bagian lain merupakan semak belukar namun di lokasi makam tidak satupun rumput yang tumbuh," terang Yusuf.
Bangunan penutup makam sendiri, menurut Yusuf, didirikan pada Tahun 2002 atas inisiatif dirinya setelah menlihat banyaknya warga yang berziarah di makam tersebut.
Kabran (65), perangkat Desa Galuh Timur menceritakan pengalamannya akibat mengambil akar pohon bambu di sekita lokasi makam tanpa pamit kepada juru kunci, hingga akhirnya dia mengalami peristiwa yang cukup menakutkan.
’’Saat ini diadakan kerja bakti membersihkan lingkungan di sekitar pemakaman ini. Saat selesai, sebelum pulang saya memotong akar bambu tanpa pamit kepada Pak Kades untuk di jadikan tali. Malamnya saat hendak tidur didalam kamar saya di datangi oleh wanita cantik yang salah satu sudut kamar, dia meminta untuk dinikahi. Untuk saat itu saya menolak sambil berlari keluar rumah," ungkap Kabran, yang semenjak peristiwa tersebut mengaku kapok untuk mengambil apapun di sekitar makam.
Keberadaan makam dengan warga masyarakat Dukuh Makam Dawa sudah tidak dapat dipisahkan lagi. Dikatakan Yusuf, sebelumnya warga secara rutin mengadakan ziarah di lokasi makam setiap Hari Jumat yang bertepatan dengan hari pasaran Kliwon. Namun, secara perlahan kebiasaan tersebut berangsur dapat dihilangkan.
’’Dengan pertimbangan nilai-nilai agama Islam tentunya kami tidak ingin warga terjebak dengan hal-hal yang berbau sirik, kegiatan warga saat ini lebih bertujuan untuk menjaga kelestarian alam yang ada di sekitar makam dengan tidak menebang pohon atau mengotori lokasi mekam dengan sampah," jelasnya.
Meski demikian hingga, saat ini makam tersebut tetap sering dikunjungi oleh peziarah yang datang dari berbagai kota, seperti Banyumas, Jogjakarta, Jakarta dan lainnya. (*)